Katanya, “AI won’t replace people—but people who use AI will replace people who don’t.” Banyak yang mikir AI bakal jadi ‘boss’ baru kita di kantor. Eits, tapi jangan panik dulu. Kebayang nggak sih kalau malah jadi temen kerja yang oke punya?

 


 

Nah, IBM Institute for Business Value baru aja ngeluarin laporan menarik ni, judulnya “Augmented work for an automated, AI-driven world”. Di sini, intinya survei mereka nunjukin kalo AI itu lebih ke arah ‘sidekick’ kita, bukan ‘pengganti’. So, hayuk kita ngobrolin baik gimana AI bisa bikin hari kerja kita makin ‘asek’, tapi juga potensi ‘ngehek’-nya apa aja.

 

Dunia Impian AI (Manfaat-Manfaat)

Menurut laporan IBM yang disebutin tadi, 87% eksekutif merasa bahwa AI bakal ‘meng-upgrade’ pekerjaan kita, bukan ngegusur kita. Jadi, bukan cuma di film-film doang robot bisa jadi pahlawan, di dunia nyata juga!

Menariknya, survei mereka nunjukin kalo organisasi yang udah pinter-pinter manfaatin AI bisa dapet untung sampe 55% lebih gede. Belum lagi, pertumbuhan pendapatan bisa naik sampe 44%. Keliatan indah banget buat perusahaan kan? Eits, tapi ada banyak PR yang harus dipikirin dulu!

 

Coba Kita Pikir Dulu (Kekhawatiran & Tantangan)

Masih dari data IBM, eksekutif perkirakan 40% dari kita perlu ‘reskill’ atau belajar skill baru dalam 3 tahun ke depan gara-gara AI. Plus, ternyata apa yang kita mau dan apa yang para bos kira kita mau itu beda banget. Misalnya, kita lebih milih kerja yang ‘berdampak’, tapi bos-bos kita malah mikir kita lebih suka benefit macam fleksibilitas kerja.

 

Apa yang Dicari Orang? (Perspektif Pekerja)

Siap-siap kaget! Data dari IBM bilang, kita-kita ini lebih milih kerja yang ‘berdampak’ daripada keuntungan lain macam kerja dari rumah atau fleksibilitas jam kerja. Menariknya, persepsi perusahaan beda sama pekerjanya, dimana 45% dari pekerja bilang kalo kerja bermakna itu faktor paling penting untuk mereka, di atas faktor lain kayak gaji, manfaat kerja, atau fleksibilitas. Nah, ini penting nih buat para bos yang mau ngerti timnya lebih dalam. Jadi, bukan cuma soal gaji atau posisi doang yang bikin kita betah kerja.

 

Terus Gimana? (Langkah-langkah Aksi)

Buat yang serius mau bergerak dengan bantuan AI, IBM punya beberapa langkah aksi yang bisa dicoba:

  1. Prioritas dengan Tujuan: Jangan asal pake AI, tapi tentuin dulu apa sih tujuannya. Mau lebih efisien atau mau bikin produk baru?
  2. Fokus pada Model Operasional: Kalau perusahaan udah pake AI dan performanya makin oke, itu berarti harus tetap konsisten. Data IBM bilang, perusahaan yang fokus pada model operasional bisa naikin pendapatan sampe 44% lho.
  3. Kerja yang Lebih Berarti: Jangan lupa, kita ini manusia yang butuh kerjaan yang ‘berdampak’. AI bisa dimanfaatkan untuk membebaskan dari kerjaan repetitif, membuka peluang buat bikin kerjaan yang lebih bermakna.
  4. Investasi pada Talent: AI oke, tapi jangan lupa invest juga pada SDM. Ingat, 65% CEO global udah invest buat ngasah skill manajer mereka dan rencananya mau nambah lagi sampe tahun 2025

 

Robot, Teman atau Lawan? Kita yang Tentukan!

Jadi, robot dan AI itu bisa jadi temen sebangku kita yang asyik, tapi juga bisa jadi ‘anak bandel’ yang bikin repot kalau kita nggak ngerti cara ngurusinnya. Ada potensi baik, tapi ada juga tantangan yang harus kita waspadai. Semua balik lagi ke kebijakan manusianya.

 

Pilihan ada di tangan kita, guys. Mau bikin AI jadi partner kerja yang oke atau malah jadi masalah, semua tergantung bagaimana kita memanfaatkannya dan bersikap terhadapnya. Menurutmu gimana?

 


 

IBM Institute for Business Value (2023). Augmented work for an automated, AI-driven world.